Jumat, 09 Mei 2014

Pendidikan Karakter melalui Media Massa


Pendidikan adalah sebuah fondasi. Jika fondasi itu buruk, maka runtuhlah visi/ misi yang dibangun. Begitu pula sebaliknya, fondasi yang baik akan mengokohkan sebuah tujuan yang dibangun. Jadi, bangsa yang kokoh dan makmur adalah bangsa yang pendidikannya berkualitas baik, terutama pada sisi afektifnya. Tak ada guna hanya cerdas secara kognitif, apabila tak didasari dengan karakter yang kuat dan mulia, maka rapuhlah bangsa tersebut.
Pendidikan itu bersifat universal. Semua yang ada di lingkungan kehidupan kita bersifat edukatif, tergantung bagaimana kita memandangnya. Bahkan hal-hal yang buruk sekalipun bisa dijadikan sebagai bahan pendidikan, karena hal-hal buruk tersebut tidak selamanya berbau negatif, apabila kita menemukan sisi positifnya, dari situlah kita dapat mengambil berbagai pembelajaran.
Pendidikan sebagai usaha mencetak manusia-manusia bermutu. Namun, semakin majunya zaman, tantangan pendidikan pun semakin kompleks. Generasi muda masa kini adalah anak-anak digital. Sebagian besar pertumbuhan anak dipengaruhi oleh media massa, terutama media elektronik seperti TV dan internet. Apabila bobot dari media massa tersebut lemah karakter, maka akan berpengaruh pula terhadap pembentukan karakter anak bangsa masa kini yang lebih tertarik menikmati TV daripada menyimak pengajaran guru di sekolah. Dapat diprediksikan karakter anak-anak bangsa akan lemah, akibat asupan-asupan negatif dari tontonan favoritnya.
Karakter anak bangsa menjadi kunci kekokohan sebuah bangsa. Kecendekiaan tak akan barokah tanpa adanya ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kecendekiaan akan terkikis jika tak dilengkapi kemandirian. Generasi muda yang jujur, tanggung jawab, disiplin, cinta tanah air, toleransi, adil, peduli, berani, dan cendekia akan memperkokoh kelangsungan hidup bangsa ini di masa depan.
Penanaman pendidikan karakter tak hanya menjadi tanggung jawab bagi lembaga-lembaga pendidikan dan tidak bergantung pula pada kebijakan pemerintah. Media massa pun perlu turut serta secara aktif dengan menggencarkan sajian-sajian yang bermuatan “pendidikan karakter”, terutama pada tayangan-tayangan TV. Tidak hanya tayangan sinema cinta dan kebencian para muda-mudi, komedi yang dibumbui bullying, berita-berita kriminal dan korupsi, tidak hanya kritikan tanpa aksi. Sudah saatnya media massa difokuskan pada berita-berita yang prestatif, serta kritikan yang disertai aksi, tayangan sinema yang mendidik, dan komedi yang sekadarnya tanpa ada bumbu-bumbu kekerasan fisik maupun verbal.

By: Ade Tarina Paramita