Pagi itu saya tidak masuk sekolah seperti biasanya. Tetapi
ada tugas yang sangat berat yang harus saya pikul.
“Mas bangun!” teriak adikku dari depan pintu kamarku.
Saya cuma melihat jam dinding yang masi menunjukkan pukul
05.05 WIB. Kemudian tak terasa saya sudah terlelap didalam alam mimpi saya. Tak
lama kemudian terdengar suara yang sama namun nadanya lebih tinggi dan keras.
“Mas bangun, mau berangkat sekolah tidak?” teriak adikku
sambil menyambar sarung yang saya pakai untuk selimut.
“Iyaaa…” jawabku sambil duduk di tempat tidur sambil melihat
jam yang menunjukkan pukul 05.15 WIB.
Kemudian saya bergegas mengambil air wudhu untuk segera
melaksanakan solat Subuh. Saat saya solat Subuh adek saya sudah sibuk untuk menasak
ala kadarnya. Maklum orang tua saya sejak subuh sudah pergi ke Pasar. Setelah
pukul 05.15 WIB saya dan adek saya sudah siap untuk berangkat sekolah.
Saat kami mau berangkat didepan rumah terdengar suara motor
yang berhenti, namun sudah tak asing lagi ditelinga saya.
“Tolong bantuin nurunin barang!” pinta ibuku saat aku sudah
berada didepan pintu rumah.
Saya tidak menanggapin kata-kata ibu, langsung saya turunin
barang-barang yang sudah dari tadi berada diatas motor. Setelah samuanya
selesai, saya masuk dan mengambil sepiring nasi, yang sudah ada lauk telur
dadar didalamnya. Kemudian dengan segera saya melahapnya hingga tak tersisa.
“Ibuk sangu…” teriakku dari dalam kamar, kemudian saya segera
menghampiri ibu saya.
“Ini sama bensin.” sambil mengulurkan uang 10 ribuan dan 5
ribuan.
“Buk saya minta doa restu.”
“Doa restu apa?”
“Doa restu buat latihan paskib.”
“Ohh iya, ati-ati aja kalu ditempat baru itu jangan
sembrono!” pesan ibuku sambil menata barang dagangan.
“Iya bukk.” jawabku sambil bersalaman dan mencium tangan ibu
Dan segera bergegas berangkat, adik saya mengikuti bersalaman
sama ibu dan naik motor saya.
Dalam perjalanan saya cuma membisu entah kemana fikiran ku
melayang-layang. Setelah sampai depan SD adik saya turun dan berpamitan masuk
kelas.
Dan saya melanjutkan perjalanan menuju sekolah, pukul 07.00
WIB kami berkumpul di SMA N 1 Pajangan. Kami bertiga
“ yaa… Cuma kami bertiga yang diterima dari sepuluh
perwakilan SMA N 1 Pajangan.” fikirku dalam hati.
Pagi itu setelah saya, Ajik, dan kak Arif berkumpul. Kami
segera kesuatu tempat tak bayak yang kami bicarakan dalam perjalanan, yang kami
rasakan hanya ketegangan dan penasaran.
Kami berpakaian rapi dengan baju putih, celana abu-abu, dan
memakai dasi dengan bad sekolah yang kami solasi hitam, untuk menutupi darimana
asal sekolah kami.
Kami semua mengendarai motor sendiri-sendiri dan tak satu pun
dari kami yang melanggar tata tertib lalulintas.
Jam tangan saya menunjukkan pukul 07.30 WIB kami sampai
didepan sebuah kantor yang bagi saya sudah tak asing lagi, karena tempo hari
saya sering mendatangi kantor ini untuk mengambil formulir pendaftaran. Entah
kenapa pagi itu perasaan saya menjadi tidak karuan antara senang, namun didalam
hati saya seperti ada gejolak yang aneh. Dengan langkah yang sangat berat ku
ayunkan kakiku masuk gerbang kantor PORA sambil mendorong montor. Didalam
kantor kami sudah disambut kakak-kakak PPI. Dan Inilah pelatihan perdana calon
PASKIBRAKA kabupaten Bantul yang disini kami akan dilatih atau dengan kata
lain, di Tempa di Kawah Candra Dimuka yang mana disini kami bukan hanya
diajarin gimana cara baris yang benar atau cara ngibarin bendera yang benar,
namun disini kami didiklat menjadi seorang pemimpin, yang harus bisa mengatasi
persoalan-persoalan yang makin rumit dinegara kita ini.
Satu persatu kami bersalaman dengan kakak-kakak PPI, mereka
menyambut kami dengan senyuman getir yang bagi saya nempinyai makna yang sagat
dalam, disekenario pelatihan PASKIBRAKA ini. Setelah kami selesai memarkirkan
motor dengan rapi kami segera berkumpul membentuk barisan tiga bersaf. Sebanyak
78 siswa calon PASKIBRAKA dari asal, ras, suku, sekolah, dan daerah yang
berbeda-beda kami berkumpul menjadi satu dengan satu tekat yang sama yaitu
Mengibarkan Sang Saka Merah Putih yang belum pasti semua orang bisa
berkesempaan meyentuh kain sutra ini yang menjadi kebanggaan seluruh warga
Indonesia.
Disana saya berkenalan dari salah seorang yang ikut
pelatihan.
“Yahya,” sambil bersalaman.
“Rahman,” jawabnya dengan semangat, sambil menggenggam
erat-erat telapak tangan saya.
Kemudian segera kami masuk barisan, dan diikuti yang lain.
Setelah semua barisan sudah rapi segeralah dimulai apel
perdana kami yang langsung dipimpin oleh bapak ketua PORA. Apel pagi itu
berjalan lancer dan singkat. Hanya sedikit masukan-masukan yang kami dapat
salah satunya; mempersiapkan mental dan fisik untuk latihan-latihan berikutnya.
Apel pagi itu berahir pukul 08.00 WIB dan dilanjutkan materi PBB. Materi yang saya
dapat pagi itu gimana posisi siap, hadap, balik dan hormat. Meskipun kelihatan
sepele namun bagi saya itu sangat sulit. Hukuman demi hukuman kami terima dari
yang jalan jongkok sampai push up kami lakukan. Sampai-sampai panasnya terik
mathari tak lagi kami hiraukan. Suara teriakan-teriakan kakak-kakak PPI yang
mengagetkan menambah suasana menjadi sangt tegang.
“Hey bahu kamu itu miring Yahya!!!” teriak salah seorang
kakak PPI sambol menampar kedua bahu saya.
“Kaget, takut, dan gerogi yang saya rasakan waktu itu,”
Cucuran keringat yang mengalir deras membasahi baju putuh
kami dan celana abu-abu kami. Tak terasa dehidrasi melanda tubuh kami yang
semakin menggelap karena panasnya terik matahari. Yang semakin tegak berada
diatas ubun-ubun kami. Dan dari kami yang sudah tak kuat menahan teriknya sinar
matahari berjatuhan tak sadarkan diri.
Pukul 11.00 WIB kami dibimbing nasuk sebuah aula yang cukup
besar dan kami beristirahat sambil menikmati sebotol air mineral satu setengah
liter yang sudah kami persiapkan dari rumah, sambil kami melepas lelah kami
menyanyi dan membuang semua beban yang ada dikepala kami.
Saat kami akan pulang ada sedikit pengumuman dari mas Bayu
salah seorang dari PPI yang melatih kami, pengumumanya cumen singkat.
“Buat latihan
berikutnya kami diduruh membawa perbekanan makan, nasi empat entong, lauk,
sayur, dan buah pisang.” ucapnya.
Ya kurang lebih begitu pengumuman yang kami terima. Saat
semua pengumuman selesai disampaikan kami segera bersalaman dengan kakak-kakak
PPI dan segera bergegas pulang.
Mungkin hari ini sangat berat dan melelahkan bagi saya namun
saya tak patah semangat untuk menyambut latihan-latihan esok hari yang mungkin
sangat berat.
“SEMANGATTT!!!!!”
teriaku dalam hati.
menurut saya cerita ini bagus cuma sedikit membosankan soalnya saya tau hal itu jadi yah bosan2 dikit gpp lah !!!
BalasHapus,ada satu lagi komentar yaitu bsk kalau mau buat cerita dibaca lagi dan dibenerin kata2 yg salah ! itu aja sih makasih ceritanya ........