Sabtu, 15 Desember 2012

PELATIHAN PERDANA



Pagi itu saya tidak masuk sekolah seperti biasanya. Tetapi ada tugas yang sangat berat yang harus saya pikul.
“Mas bangun!” teriak adikku dari depan pintu kamarku.
Saya cuma melihat jam dinding yang masi menunjukkan pukul 05.05 WIB. Kemudian tak terasa saya sudah terlelap didalam alam mimpi saya. Tak lama kemudian terdengar suara yang sama namun nadanya lebih tinggi dan keras.
“Mas bangun, mau berangkat sekolah tidak?” teriak adikku sambil menyambar sarung yang saya pakai untuk selimut.
“Iyaaa…” jawabku sambil duduk di tempat tidur sambil melihat jam yang menunjukkan pukul 05.15 WIB.
Kemudian saya bergegas mengambil air wudhu untuk segera melaksanakan solat Subuh. Saat saya solat Subuh adek saya sudah sibuk untuk menasak ala kadarnya. Maklum orang tua saya sejak subuh sudah pergi ke Pasar. Setelah pukul 05.15 WIB saya dan adek saya sudah siap untuk berangkat sekolah.
Saat kami mau berangkat didepan rumah terdengar suara motor yang berhenti, namun sudah tak asing lagi ditelinga saya.
“Tolong bantuin nurunin barang!” pinta ibuku saat aku sudah berada didepan pintu rumah.
Saya tidak menanggapin kata-kata ibu, langsung saya turunin barang-barang yang sudah dari tadi berada diatas motor. Setelah samuanya selesai, saya masuk dan mengambil sepiring nasi, yang sudah ada lauk telur dadar didalamnya. Kemudian dengan segera saya melahapnya hingga tak tersisa.
“Ibuk sangu…” teriakku dari dalam kamar, kemudian saya segera menghampiri ibu saya.
“Ini sama bensin.” sambil mengulurkan uang 10 ribuan dan 5 ribuan.
“Buk saya minta doa restu.”
“Doa restu apa?”
“Doa restu buat latihan paskib.”
“Ohh iya, ati-ati aja kalu ditempat baru itu jangan sembrono!” pesan ibuku sambil menata barang dagangan.
“Iya bukk.” jawabku sambil bersalaman dan mencium tangan ibu
Dan segera bergegas berangkat, adik saya mengikuti bersalaman sama ibu dan naik motor saya.
Dalam perjalanan saya cuma membisu entah kemana fikiran ku melayang-layang. Setelah sampai depan SD adik saya turun dan berpamitan masuk kelas.
Dan saya melanjutkan perjalanan menuju sekolah, pukul 07.00 WIB kami berkumpul di SMA N 1 Pajangan. Kami bertiga
“ yaa… Cuma kami bertiga yang diterima dari sepuluh perwakilan SMA N 1 Pajangan.” fikirku dalam hati.
Pagi itu setelah saya, Ajik, dan kak Arif berkumpul. Kami segera kesuatu tempat tak bayak yang kami bicarakan dalam perjalanan, yang kami rasakan hanya ketegangan dan penasaran.
Kami berpakaian rapi dengan baju putih, celana abu-abu, dan memakai dasi dengan bad sekolah yang kami solasi hitam, untuk menutupi darimana asal sekolah kami.
Kami semua mengendarai motor sendiri-sendiri dan tak satu pun dari kami yang melanggar tata tertib lalulintas.
Jam tangan saya menunjukkan pukul 07.30 WIB kami sampai didepan sebuah kantor yang bagi saya sudah tak asing lagi, karena tempo hari saya sering mendatangi kantor ini untuk mengambil formulir pendaftaran. Entah kenapa pagi itu perasaan saya menjadi tidak karuan antara senang, namun didalam hati saya seperti ada gejolak yang aneh. Dengan langkah yang sangat berat ku ayunkan kakiku masuk gerbang kantor PORA sambil mendorong montor. Didalam kantor kami sudah disambut kakak-kakak PPI. Dan Inilah pelatihan perdana calon PASKIBRAKA kabupaten Bantul yang disini kami akan dilatih atau dengan kata lain, di Tempa di Kawah Candra Dimuka yang mana disini kami bukan hanya diajarin gimana cara baris yang benar atau cara ngibarin bendera yang benar, namun disini kami didiklat menjadi seorang pemimpin, yang harus bisa mengatasi persoalan-persoalan yang makin rumit dinegara kita ini.
Satu persatu kami bersalaman dengan kakak-kakak PPI, mereka menyambut kami dengan senyuman getir yang bagi saya nempinyai makna yang sagat dalam, disekenario pelatihan PASKIBRAKA ini. Setelah kami selesai memarkirkan motor dengan rapi kami segera berkumpul membentuk barisan tiga bersaf. Sebanyak 78 siswa calon PASKIBRAKA dari asal, ras, suku, sekolah, dan daerah yang berbeda-beda kami berkumpul menjadi satu dengan satu tekat yang sama yaitu Mengibarkan Sang Saka Merah Putih yang belum pasti semua orang bisa berkesempaan meyentuh kain sutra ini yang menjadi kebanggaan seluruh warga Indonesia.
Disana saya berkenalan dari salah seorang yang ikut pelatihan.
“Yahya,” sambil bersalaman.
“Rahman,” jawabnya dengan semangat, sambil menggenggam erat-erat telapak tangan saya.
Kemudian segera kami masuk barisan, dan diikuti yang lain.
Setelah semua barisan sudah rapi segeralah dimulai apel perdana kami yang langsung dipimpin oleh bapak ketua PORA. Apel pagi itu berjalan lancer dan singkat. Hanya sedikit masukan-masukan yang kami dapat salah satunya; mempersiapkan mental dan fisik untuk latihan-latihan berikutnya.
Apel pagi itu berahir pukul 08.00 WIB  dan dilanjutkan materi PBB. Materi yang saya dapat pagi itu gimana posisi siap, hadap, balik dan hormat. Meskipun kelihatan sepele namun bagi saya itu sangat sulit. Hukuman demi hukuman kami terima dari yang jalan jongkok sampai push up kami lakukan. Sampai-sampai panasnya terik mathari tak lagi kami hiraukan. Suara teriakan-teriakan kakak-kakak PPI yang mengagetkan menambah suasana menjadi sangt tegang.
“Hey bahu kamu itu miring Yahya!!!” teriak salah seorang kakak PPI sambol menampar kedua bahu saya.
“Kaget, takut, dan gerogi yang saya rasakan waktu itu,”
Cucuran keringat yang mengalir deras membasahi baju putuh kami dan celana abu-abu kami. Tak terasa dehidrasi melanda tubuh kami yang semakin menggelap karena panasnya terik matahari. Yang semakin tegak berada diatas ubun-ubun kami. Dan dari kami yang sudah tak kuat menahan teriknya sinar matahari berjatuhan tak sadarkan diri.
Pukul 11.00 WIB kami dibimbing nasuk sebuah aula yang cukup besar dan kami beristirahat sambil menikmati sebotol air mineral satu setengah liter yang sudah kami persiapkan dari rumah, sambil kami melepas lelah kami menyanyi dan membuang semua beban yang ada dikepala kami.
Saat kami akan pulang ada sedikit pengumuman dari mas Bayu salah seorang dari PPI yang melatih kami, pengumumanya cumen singkat.
 “Buat latihan berikutnya kami diduruh membawa perbekanan makan, nasi empat entong, lauk, sayur, dan buah pisang.” ucapnya.
Ya kurang lebih begitu pengumuman yang kami terima. Saat semua pengumuman selesai disampaikan kami segera bersalaman dengan kakak-kakak PPI dan segera bergegas pulang.
Mungkin hari ini sangat berat dan melelahkan bagi saya namun saya tak patah semangat untuk menyambut latihan-latihan esok hari yang mungkin sangat berat.
“SEMANGATTT!!!!!” teriaku dalam hati.

1 komentar:

  1. menurut saya cerita ini bagus cuma sedikit membosankan soalnya saya tau hal itu jadi yah bosan2 dikit gpp lah !!!
    ,ada satu lagi komentar yaitu bsk kalau mau buat cerita dibaca lagi dan dibenerin kata2 yg salah ! itu aja sih makasih ceritanya ........

    BalasHapus